Pupuk Kompos, Solusi Pertanian Organik Yang Murah

PUPUK KOMPOS

Pupuk telah menjadi kebutuhan utama bagi petani. Karena jika tanpa pupuk, maka tanaman tidak akan tumbuh bagus.Pupuk Kompos

Pupuk yang beredar di pasaran adalah pupuk anorganik, karena proses pembuatan pupuk anorganik itu selain lebih mudah dibuat (oleh pabrikan), bisa dimuat dalam kapasitas besar (massal), dan bernilai jual tinggi. Tidak heran, pupuk urea, SP36, KCl merupakan komoditas strategis bagi pertanian.

Pada kesempatan kali ini, pembahasan akan kita fokuskan pada pupuk kompos, yaitu pupuk organik yang mudah untuk didapatkan, mudah untuk dibuat, dan tersedia dalam jumlah banyak di lingkungan sekitar kita.

Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup. Untuk membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku berupa material organik dan organisme pengurai.

Teknologi pengomposan dikembangkan dari proses penguraian material organik yang terjadi di alam bebas. Terbentuknya humus di hutan merupakan salah satu contoh pengomposan secara alami.

Proses pembuatan pupuk kompos berjalan sangat lambat, bisa sampai berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Kemudian umat manusia memodifikasi proses penguraian material organik tersebut. Sehingga pengomposan yang dikelola manusia bisa dilakukan dalam tempo yang lebih singkat untuk menjadi pupuk kompos.

Jenis-jenis pupuk kompos

Perbedaan jenis-jenis pupuk kompos biasanya dilihat dari tiga aspek.

  1. dilihat dari proses pembuatannya, yaitu ada kompos aerob dan anaerob.
  2. dilihat dari dekomposernya, ada kompos yang menggunakan mikroorganisme ada juga yang memanfaatkan aktivitas makroorganisme.
  3. dilihat dari bentuknya ada yang berbentuk padat dan ada juga yang cair. Berikut ini beberapa contoh dari jenis-jenis pupuk kompos yang umum dipakai.

Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat pupuk kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda.

  • Pupuk Kompos Aerob

Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan oksigen dalam pembuatannya. Bahan utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa tanaman, kotoran hewan atau bisa campuran keduanya. Proses pembuatannya kompos jenis ini memerlukan waktu 40-50 hari, Perlu ketelatenan lebih untuk membuat pupuk kompos dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala, tumpukan pupuk kompos harus dibalik untuk menyetabilkan suhu dan kelembabannya.
Proses pembuatan pupuk kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk kompos.
Artikel menarik lainnya :
Jenis Pupuk Yang Digunakan untuk Pertanian
                     Mengenal Pupuk Organik, Sumber Nutrisi Bagi Tanaman

  • Pupuk Kompos anaerob

Cara membuat pupuk kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya.  Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, starbio, dll.
Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat pupuk kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan.  Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-40%

  • Pupuk bokashi

Pupuk bokashi merupakan salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang paling terkenal. Ciri khas pupuk bokashi terletak pada jenis inokulan yang digunakan sebagai starter-nya, yaitu efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan ini terdiri dari campuran berbagai macam mikroorganisme pilihan yang bisa mendekomposisi bahan organik dengan cepat dan efektif.

  • Vermikompos

Vermikompos merupakan salah satu produk pupuk kompos yang memanfaatkan makroorganisme sebagai pengurai. Makroorganisme yang digunakan adalah cacing tanah dari jenis Lumbricus rubellus atau jenis lainnya. Vermikompos dibuat dengan cara memberikan bahan organik sebagai pakan kepada cacing tanah. Kotoran yang dihasilkan cacing tanah inilah yang dinamakan vermikompos. Jenis organisme lain yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah belatung (maggot black soldier fly).

  • Pupuk organik cair

Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara pengomposan basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun anaerob. Pupuk organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari beberapa praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan pada daun dibanding pada akar (kecuali pada sistem hidroponik). Penyemprotan pupuk organik cair pada daun harus menggunakan takaran atau dosis yang tepat. Pemberian dosis yang berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan cepat

Baca artikel terkait:

(1)  Pupuk Organik Cair Kotoran Kambing Sebagai Sumber Alternatif Pupuk organik
(2)  Manfaat Pupuk Organik Cair

 KARAKTERISTIK PUPUK KOMPOS

Pemberian Pupuk Kompos secara teratur akan memperbaiki kesuburan tanah. Tanah yang keras atau membatu dan sulit untuk ditanami oleh tanaman hortikultura, seringkali terjadi akibat perilaku petani yang memberikan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa memperhatikan keseimbangan unsur hayati dalam tanah.
Pemberian pupuk anorganik secara terus menerus tersebut hendak nya diselingi dengan pemberian pupuk kompos 2 kali dalam satu tahun. Biasanya pemberian pupuk kompos dalam dua siklus musim tanam yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Setiap terjadi pergantian musim, maka pupuk kompos hendaknya diberikan dalam jumlah cukup. Hal ini tentu saja menghemat biaya karena pembelian pupuk anorganik. Untuk menghemat pemberian, pupuk kompos bisa diberikan lubang tanaman saja.
Secara kimiawi, pupuk kompos bisa meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah. Karena semakin banyak kandungan organik dalam tanah, semakin baik kapasitas tukar kationnya. Kapasitas tukar kation berfungsi melepaskan unsur-unsur penting agar bisa diserap dengan mudah oleh tanaman.
Secara biologi, pupuk kompos adalah media yang baik bagi organisme tanah untuk berkembang biak. Baik itu dari jenis mikroorganisme maupun satwa tanah lainnya. Aktivitas mikroorganisme dan satwa tanah yang terdapat dalam pupuk kompos akan memperkaya tanah dengan zat hara penting bagi tanaman.
Save

Pembuatan Pupuk Hijau Organik

 

Pupuk Hijau Organik  saat ini banyak diminati oleh berbagai lapisan masyarakat.  Adanya isue Go Green yang marak di media sosial dan kampanye hijau, maka kehadiran pupuk hijau organik senantiasa dinanti.  Ternyata pembuatan pupuk hijau organik tidak lah sulit.

Berikut bahan-bahan yang perlu disiapkan dalam pembuatan pupuk hijau organik:
Bahan dan Komposisi:
200 kg hijau daun atau sampah dapur.10 kg dedak halus.
¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya, dapat juga ditambahkan dengan pupuk kandang agar proses penguraian lebih cepat sehingga kompos cepat jadi.
Berikut adalah cara pembuatan pupuk hijau organik:
Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi. Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air. Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.
Manfaat Kompos
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang di pupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Kompos Rumah Tangga, Sayang untuk Dibuang sia-sia

kompos rumah tanggaSampah rumah tangga sangat ideal dijadikan kompos rumah tangga karena selain dapat memanfaatkan komposnya, lingkungan pun terhindar dari pencemaran.

Selain sampah rumah tangga, cara ini dapat pula diterapkan untuk sampah dari pasar yang sebagian besar berupa sampah organik. Untuk mengolah kompos rumah tangga, diperlukan alat yang biasanya disebut komposter.
Bahan-bahan untuk membuat komposter yaitu
Drum atau tong plastik yang mempunyai tutup,
Pipa pralon berdiameter 4 inci,
Kasa plastik untuk menutup lubang pipa bagian luar, dan
Batu kerikil.
Adapun cara pembuatan kompos rumah tangga adalah sebagai berikut.
1) Bagian atas tong plastik diberi 4 lubang diameter 4 inci untuk memasang pipa. Bagian bawah juga dilubangi dengan diameter yang sama, sebanyak 4—5 lubang, lalu ditutup kasa plastik untuk jalan air.
2) Ujung pipa bagian luar ditutup kasa plastik untuk sirkulasi udara.
3) Pipa dilubangi dengan bor sebesar 5 mm setiap jarak 5 cm. Tong juga dilubangi 5 mm dengan jarak 10 cm untuk udara.
4) Pasang pipa pada empat sudut tong, lalu tanam di tanah. Tem- patkan pada bagian yang tidak kena hujan secara langsung.
5) Tepi tong ditutup batu kerikil setebal 15 cm. Demikian juga sekeliling pipa ditutup kerikil, baru ditutup tanah. Tempat sampah biasanya berbau karena sampah organik cepat membu- suk sehingga diperlukan kerikil untuk meredam bau tersebut.
kompos rumah tanggaTong tersebut diisi dengan sampah rumah tangga, tentunya sampah organik, tetapi jangan diikutkan dengan kulit telur dan kulit kacang sebab sukar menjadi kompos. Setelah penuh, tong ditutup dan dibiarkan selama 3—4 bulan. Selama itu akan terjadi proses pengomposan. Sampah yang sudah jadi kompos berwarna hitam dan gembur seperti tanah. Ambil kompos itu dari komposter, lalu diangin-anginkan sekitar seminggu. Nah, kompos itu sudah siap di- pakai untuk pupuk tanaman.
Dalam komposter tersebut akan bermunculan belatung yang mungkin bisa menimbulkan rasa jijik. Belatung muncul dari sampah- sampah organik yang mengalami pembusukan. Kehadiran belatung itu justru dinantikan karena tugasnya melahap sampah dapur. Supaya belatung tidak berkeliaran maka tutup tong harus dijaga dalam keadaan rapat.
Saat ini, komposter sudah diproduksi dan tersedia di pasaran. Alat ini dirancang demikian rupa sehingga bisa dipasang dengan mudah di halaman rumah. Kapasitasnya 100 liter atau sekitar 200 kg sampah. Selama dalam proses, sampah itu juga tidak mengeluarkan bau karena alat itu dilengkapi pipa-pipa vertikal yang dipadati dengan kerikil di sekitarnya untuk mencegah keluarnya gas yang terjadi selama proses pengomposan.
Penempatan komposter ini harus hati-hati, tidak boleh terlalu dekat dengan sumur yang dangkal karena bisa tercemar. Alat ini juga tidak bisa diterapkan pada daerah yang permukaan air tanah- nya tinggi dan pada rumah-rumah yang tidak memiliki halaman sebab setiap komposter membutuhkan lahan sekitar 1 m2. Namun, kelemahan ini bisa diatasi, misalnya dibuat secara bersama atau komunal.

Peran Bakteri dalam Pembuatan Kompos Sampah Bahan Organik

Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang bernilai ekonomis. Proses pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 – 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik.

Proses ini memerlukan bakteri dalam pembuatan kompos.
Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik tersebut ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan cacing). Cara ini biasanya memerlukan waktu relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Continue reading Peran Bakteri dalam Pembuatan Kompos Sampah Bahan Organik

Mikroorganisme dalam Pembuatan Kompos

Mikroorganisme dalam pembuatan kompos membantu merombak komponen-komponen yang terdapat pada bahan baku.

Proses pembuatan kompos yang dilakukan dengan menambahkan larutan effective microorganisme (EM) pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya.

Mikroorganisme dalam pembuatan komposDalam EM ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme fermentor. Mikroorganisme dalam Pembuatan Kompos ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast), Actinomycetes.
Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang Mikroorganisme dalam Pembuatan Kompos (EM), komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM tersebut.
Mikroorganisme dalam pembuatan kompos (EM) merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikroflora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, saccharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
mikroorganisme dalam pembuatan kompos em4Kandungan mikroorganisme dalam pembuatan kompos (EM) terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomycetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.
Actinomycetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat antibiotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme efektif bakteri asam laktat actinomycetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.

Artikel menarik lainnya:

    1. Pupuk Kompos, Solusi Pertanian Organik Yang Murah

 

    1. Manfaat Pupuk Kompos Untuk Tanaman

 

  1. Pupuk Kompos, Solusi Pertanian Organik Yang Murah

Fungsi mikroorganisme dalam pembuatan kompos (EM) untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanah sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk.  Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfungsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.
Jenis-jenis Mikroorganisme dalam Pembuatan Kompos yang ada seperti EM1 yang berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomycetes. Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri dari 80 species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.Umumnya berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik untuk menekan patogen.
EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu ikan yang berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh bakteri fotosintetik sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida organik.

Sejarah Pupuk Organik Cair

Sejarah Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan dari fermentasi bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.

Kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat.

Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Berbeda dengan pupuk kimia, selain itu, pupuk organik cair juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yamg diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Dengan menggunakan pupuk organik cair dapat mengatasi masalah lingkungan dan membantu menjawab kelangkaan dan mahalnya harga pupuk kimia saat ini.
Pupuk organik cair (POC) mengandung giberelin
Manfaat:
• Merangsang pertumbuhan tunas baru
• Mempebaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak
• Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan
• Memperbaiki klorofil pada daun
• Merangsang pertumbuhan kuncup bunga
• Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga
• Memperkuat daya tahan pada tanaman
POC mengandung alkohol sehingga bermanfaat untuk sterilisasi pada tumbuhan (mengurangi dan menghentikan pertumbuhan mikroba pengganggu pada tumbuhan terutama pada daun dan batang, seperti, bercak daun (penyakit blas), jamur/khamir/cendawan serta spora organisme penyakit.
Aplikasi dari pupuk cair organik :
• 10 cc pupuk cair organik untuk 1-1,4 liter air. Disemprotkan pada mulut daun dan batang
• Waktu yang dibutuhkan adalah pada pagi hari sebelum jam 10 pagi atau setelah jam 4 sore
• Dapat digunakan dengan sistem infus
• Khusus untuk perangsang buah pada kelapa sawit ditambahkan larutan NaCl 1 ons untuk 14 liter air
SEJARAH PUPUK ORGANIK CAIR
Penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Efrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan mudah diperoleh.
Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik

Syarat Pengomposan Bahan Organik

Pengomposan Bahan Organik

Dalam membuat kompos dari bahan organik memang dibutuhkan parameter ideal (syarat pengomposan) agar proses pengomposan bahan organik berhasil.

Parameter ini bisa terukur lewat suhu, kelembaban dan PH selama proses pengomposan. Meskipun sebenarnya proses pengomposan bahan organik bisa dilakukan secara sederhana.
Pada prinsipnya proses pengomposan bahan organik merupakan proses fermentasi yang dibantu oleh aktivitas mikroorganisme sehingga dapat mengurai bahan organik. Proses ini  harus memiliki keadaan yang ideal selama proses pengomposan, mulai dari suhu 40-70 derajat Celsius, kelembaban 50-60 persen dan pH 5-8 adalah syarat ideal selama proses pengomposan. Meskipun bisa diukur secara sederhana tanpa menggunakan peralatan.
Kelembaban optimal
Awal proses pengomposan adalah pencampuran bahan kompos sehingga menjadi homogen, dan proses ini harus memiliki kisaran kelembaban 50-60 persen. Cara mengukurnya bisa dengan memeras campuran homogen dari bahan kompos tersebut. Apabila air yang menetes minimal, yaitu satu-dua tetes kelembaban optimal atau kelembaban berkisar antara 50-60 persen. Lebih dari itu atau terlalu basah dapat menghambat proses pengomposan, dan akan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Jadi pada awal proses pengomposan  perlu adanya persiapan bahan kompos yang ideal untuk proses pengomposan. Sebelumnya harus ada penyeleksian bahan kompos yang akan ditambahkan pada hari berikutnya, terutama saat mengolah limbah rumah tangga menjadi kompos, maka akan tiap hari bahan kompos bisa ditambahkan. Namun kelembabannya harus tetap optimal.
Baca juga : Kompos Rumah Tangga
Suhu optimal 
Pada saat proses pengomposan, akan ada lapisan di dalam dengan suhu 40-50 derajat Celsius di awal proses pengomposan dan berkembang menjadi sekitar 60-70 derajat Celsius yang merupakan puncak proses pengomposan, sebelum bahan kompos menjadi matang. Ini biasa terjadi selama 1-3 hari, jadi ada gunanya melakukan pembalikan untuk meratakan proses pengomposan. Seandainya tidak dilakukan juga tidak apa, hanya proses pengomposan tidak terjadi secara merata dan cepat, akan ada batas di dalam yang matang dan di bagian luar yang masih mentah.
Memang ada semacam lapisan di tumpukan bahan kompos  yang mengalami proses pengomposan secara cepat. Secara perlahan suhu akan naik saat bakteri pengurai mulai bekerja dan dan akan turun kembai mendekati suhu kamar saat sudah matang atau bahan kompos terurai sempurna. Secara teknis ada semacam kenaikan suhu sebelum turun kembali dan bisa terjadi lonjakan lagi saat proses pengomposan diratakan atau melakukan pembalikan.
pH ideal
pH pengomposan yaitu kisaran pH 5-8, memang sedikit netral menuju asam selama bakteri melakukan penguraian bahan organik. Kondisi ini akan menjadi netral saat bahan kompos menjadi matang. Memang tidak disarankan merubah pH yang sedikit asam ini karena memang akan menghasilkan unsur Nitrogen yang sangat baik bagi bahan kompos. Meskipun kadang ada percampuran yang membuat unsur Nitrogen ini terlepas dan menjadi Amoniak.
Artikel lain yang menarik : Pembuatan Pupuk Hijau Organik
Biasanya akan timbul bau yang khas, pada saat pH sedikit asam ini mengalami perubahan. Jadi pentupan bahan kompos memang harus dilakukan sampai proses pengomposan benar-benar matang, agar unsur nitrogen bisa melengkapi bahan kompos tadi dan menambah unsur hara pada hasil kompos. Keberhasilan proses pengomposan bahan organik memang dimulai dari penyiapan bahan kompos, mencampurnya secara homogen, menjaga kelembabannya, meratakan proses pengomposan hingga menjaga kondisi kondusif selama proses pengomposan.

Kegunaan Pupuk Organik dibandingkan dengan Pupuk Anorganik (Kimia)

Pupuk Organik dengan Pupuk Anorganik (kimia)

Pupuk organik dengan pupuk anorganik (kimia), jelas perbedaannya cukup mencolok. Jika dilihat dari kandungannya, pupuk organik memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap baik dari kandungan makro maupun mikronya. Namun kapasitasnya lebih sedikit dan komposisinya tidak menentu.

Setiap pupuk organik mempunyai kandungan nutrisi dengan komposisi yang berbeda-beda. Sedangkan pupuk kimia sintetis hanya memiliki beberapa kandungan nutrisi saja, namun jumlahnya cukup banyak dan komposisinya pasti, karena diproduksi dengan komposisi yang sama. 
Nutrisi dari pupuk organik dengan pupuk anorganik memang lebih lama dan lebih sulit dicerna oleh tanaman karena masih tersimpan dalam ikatan yang cukup kompleks. Namun secara jangka panjang akan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah yang bisa memudahkan tanaman menyerap unsur-unsur yang terkandung pada pupuk organik.
Sedangkan pada pupuk kimia sintetis kandungan haranya bisa diserap langsung oleh tanaman, sehingga efeknya akan cepat terlihat jika dibandingkan antara keduanya. Kelemahan dari pupuk sistetis salah satunya yaitu zat hara yang terkandung sangat mudah hilang dari tanah karena erosi.
pupuk organik dengan pupuk anorganikPupuk organik dengan pupuk anorganik baik untuk digunakan dalam jangka panjang karena sifatnya menggemburkan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air. Sehingga kesuburan tanah tetap terjaga.
Sementara itu pupuk kimia sintetis walaupun efek reaksinya cepat, secara jangka panjang akan mengeraskan tanah dan mengurangi kesuburannya. Sehingga apabila penggunaannya secara terus menerus akan merusak karakteristik dan sifat lahan pertanian. akibatnya apabila ditanami berbagai tanaman pertumbuhan yang dialami kurang maksimal, karena unsur hara yang terkandung pada lahan sudah mengeras.
Dari sisi lingkungan dan ekosistem, pupuk organik dibanding pupuk anorganik lebih memicu perkembangan organisme tanah, karena tanah yang kaya akan organisme sanggup memberikan nutrisi secara berkelanjutan. Karena aktivitas organisme tanah akan menguraikan sejumlah nutrisi penting bagi tanaman. Sedangkan pupuk kimia sintetis malah membunuh organisme tanah. Sehingga untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman selalu diperlukan penambahan pupuk dalam jumlah yang terus meningkat.
Dilihat dari sisi kesehatan, pupuk organik dibanding pupuk anorganik lebih menyehatkan bagi manusia karena tersusun dari bahan-bahan organik yang sama dengan tubuh manusia. Sedangkan pupuk kimia sintetis diketahui unsur-unsur bebasnya membahayakan kesehatan. Namun khusus poin yang terakhir ini masih menjadi perdebatan di kalangan para peneliti.

Manfaat Pupuk Organik Cair Untuk Tanaman

MANFAAT PUPUK ORGANIK CAIR

Terdapat banyak manfaat dalam menggunakan pupuk organik cair sebagai pupuk tanaman, karena kandungan pupuk organik cair yang bermacam macam.

Kandungan dan manfaat pupuk organik cair adalah sebagai berikut :
Manfaat pupuk organik cair  yg  mengandung giberlin :
Merangsang pertumbuhan tunas baru, Mempebaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak, Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan, Memperbaiki klorofil pada daun, Merangsang pertumbuhan kuncup bunga, Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga, dan Memperkuat daya tahan pada tanaman…
Manfaat pupuk organik cair  yg  mengandung alkohol:
Sterilisasi pada tumbuhan (mengurangi dan menghentikan pertumbuhan mikroba pengganggu pada tumbuhan terutama pada daun dan batang, seperti, bercak daun (penyakit blas), jamur/khamir/cendawan serta spora organisme penyakit
Aplikasi dari pupuk cair organik
• 10 cc pupuk cair organik untuk 1-1,4 liter air. Disemprotkan pada mulut daun dan batang
• Waktu yang dibutuhkan adalah pada pagi hari sebelum jam 10 pagi atau setelah jam 4
sore
• Dapat digunakan dengan sistem infus
• manfaat pupuk organik cair berikutnya khusus untuk perangsang buah pada kelapa sawit ditambahkan larutan NaCl 1 ons untuk
14 liter air
Catatan :
-Dianjurkan untuk menggunakan nozsle kabut
-Pupuk ini dapat dicampur dengan zat PT (perengsang tumbuh) lainya yang berada
dipasaran
-Ampas dari sisa fermentasi dapat digunakan kembali dengan mencampurkan kompos dan bermanfaat untuk mengusir uret (ulat tanah) dan penambah unsur hara pada tanah terutama tanah dengan kadar asam tinggi seperti tanah gambut
-Penyemprotan pada tanaman buah bermanfaat untuk mengusir lalat buah
-Manfaat Pupuk cair organik ini dapat mengusir hama tanaman seperti lalat buah, ulat daun, kumbang penggerek dan menghambat pertumbuhan ulat serta mematikan larva hama pengganggu.
-Ampas sisa fermentasi pupuk cair organik dapat dicampur dengan NaCl sebagai pengganti urea(produk buatan pabrik). Pemupukan hanya dilakukan 6 bulan sekali untuk tanaman normal dan 4 bulan sekali untuk tanaman sakit(terserang hama)
-Di dalam penelitian ini dihasilkan pula Gas metan dan Gas H2S yang diperkirakan dapat menbunuh spora dari jamur yang melekat pada daun, dan gas metan berfungsi untuk membunuh mirobiologi yang menempel pada tanaman dengan memanfaatkan reaksi dari ultraviolet
– manfaat pupuk organik cair untuk mengatasi serangan penyakit padat umbuhan seperti, cacing, kumbang penggerek, lalat buah, jamur, spora dan larva organisme pada tumbuhan hal ini diketahui dari kandungan senyawa kimia yang dihasilkan dan mikroorganisme pendekomposisi didalam pupuk
-Gas metan dan H2S dapat membantu membakar spora jamur dan membakar
mikroorganime penyakait yang menempel pada daun dan tanaman dengan memanfaatkan reaksi ultraviolet
-Di dalam pupuk terdapat mikroorganisme yang terus melakukan dekomposisi pada pupuk hal ini disebabkan oleh media perkembangan jenis mikroorganisme bermanfaat ini sangat cocok dengan bahan dasar pupuk
Kandungan kimiawi dari pupuk ini sangat baik untuk tanaman seperti :
1. Gibberellin dan Asam Giberalat yang dihasilkan dari gibberella fujikoroi dan berupa hormon alamiah perangsang pertumbuhan pada tumbuhan.  Manfaat pupuk cair ini untuk memperkaya sel tanaman, meransang pertumbuhan pohon, terutama pada tumbuhan buah, bunga, biji- bijian dan tumbuhan biji, memperkuat tangkai sari bunga pada tanaman
2. Alkohol yang dihasil dari fermentasi bahan dasar berfungsi sebagai pensteril tanaman dari lava dan spora penyakit tanaman
3. N, P, K, Mg, S, terlarut yang terdapat didalam pupuk memiliki tingkat kestabilan yang baik (kesaksian komsuman)

  • Saltivine : bisa mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan serta merangsang
    susunan sel
  • Diallysulfide, alilpropil-disulfida : anti cacing. Belerang
  • Mengandung minyak atsiri dan berfungsi sebagai anti bakteri
  • Hidrat arang berfungsi menurunkan kadar asam pada tanaman baik dari molekul
    udara maupun dari tanah dan air
  • Memiliki kandungan senyawa organosulfur yang bermanfaat secara biologis
    untuk mengobati
  • Memiliki kandungan vitamin C atau asam askorbat
  • Pupuk juga memiliki kandungan Mineral, seperti zat besi, fospor
  • Pupuk juga memiliki kandungan Alaniin yang berbentuk dialil-trisulfida yang berkhasiat memerangi penyakit-penyakit degeneratif dan mengaktifkan pertumbuhan sel-sel baru
  • Folate Acid
  • Nicotinate Acid sebagai antipelagra
  • Panthotenate Acid sebagai anti bakteri pada kulit dan daun tanaman
  • Biotin sebagai penghasil vitamin B2 kompleks
  • Pyridoxine sebagai hormon pertumbuhan
  • Hyboflavine
  • Tyamin bermanfaat dalam metabolism karbohidrat
  • Giberelat Acid sebagai hormon peransang pertumbuhan pada tanaman dan dapat memperkaya sel pada tanaman
  • Auxins sebagai hormon yang mengatur arah tumbuh pada tanaman,dan digunakan untuk menghasilkan buah dari bunga-bunga yang tidak dibuahi(partenokarpi)
  • 1.3-difenilurea sebagai anti jamur dan sebagai ganti urea pada tanaman
  • M-inositol
  • Silo-inositol
  • Sorbitol
  • Ca, C1, Cu, Fe, K, Mg, Na, P, dan S

Jenis-jenis Pupuk Untuk Pertanian

Jenis-jenis Pupuk – Pupuk pertanian adalah bahan yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Jenis pupuk pertanian bervariasi berdasarkan kandungan nutrisi dan sumbernya. Beberapa jenis pupuk pertanian utama meliputi pupuk organik, pupuk anorganik, pupuk nitrogen, pupuk fosfor, dan pupuk kalium.

Pupuk organik adalah jenis pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami seperti kompos, kotoran ternak, limbah tumbuhan, dan bahan organik lainnya. Pupuk organik membantu meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan menyediakan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium.

Pupuk anorganik, juga dikenal sebagai pupuk kimia, merupakan jenis pupuk yang berasal dari proses kimia dan tidak berasal dari sumber organik. Pupuk anorganik terdiri dari beberapa macam, termasuk pupuk nitrogen, pupuk fosfor, dan pupuk kalium. Pupuk anorganik ini efektif dalam memberikan nutrisi yang cepat tersedia untuk tanaman dan dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian.

Pupuk nitrogen merupakan jenis pupuk yang mengandung unsur nitrogen, salah satu nutrisi utama yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan daun, batang, dan akar. Pupuk nitrogen membantu tanaman memproduksi protein, klorofil, dan enzim yang diperlukan dalam proses fotosintesis.

Pupuk fosfor adalah jenis pupuk yang mengandung unsur fosfor, nutrisi penting untuk pertumbuhan akar dan perkembangan biji. Fosfor membantu tanaman dalam proses metabolisme dan transfer energi, serta membantu dalam pembentukan DNA dan RNA.

Pupuk kalium mengandung unsur kalium, yang membantu tanaman dalam proses fotosintesis, peningkatan toleransi terhadap stres, dan perkembangan buah dan biji. Kalium juga berperan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.

Baca : Manfaat Pupuk Kompos Untuk Tanaman

Dalam bidang pertanian tidak lepas kaitannya dengan namannya pupuk. Terdapat dua jenis pupuk yang biasanya di gunakan petani, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai.

Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Jenis pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Jenis pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah.

Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi. Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi.

Jenis-jenis Pupuk
sumber : mertani

Jenis-jenis Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik, juga dikenal sebagai pupuk kimia, adalah jenis pupuk pertanian yang dibuat melalui proses kimia atau sintetis. Mereka tidak berasal dari bahan organik alami seperti tumbuhan atau hewan, melainkan diproduksi dari bahan-bahan anorganik, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, yang dicampurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Pupuk anorganik memberikan nutrisi esensial untuk pertumbuhan tanaman dengan cepat dan efisien. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai beberapa jenis utama pupuk anorganik:

  1. Pupuk Nitrogen (N): Pupuk nitrogen adalah salah satu jenis pupuk anorganik yang mengandung unsur nitrogen. Nitrogen adalah nutrisi penting bagi tanaman karena membantu dalam pertumbuhan daun, batang, dan akar. Tanaman menggunakan nitrogen untuk memproduksi protein, klorofil, dan asam amino. Pupuk nitrogen dapat berupa urea, ammonium nitrat, amonium sulfat, dan nitrat.
  2. Pupuk Fosfor (P): Pupuk fosfor adalah jenis pupuk anorganik yang mengandung unsur fosfor. Fosfor adalah nutrisi yang penting untuk pertumbuhan akar, bunga, dan pembentukan biji pada tanaman. Tanaman menggunakan fosfor untuk memproduksi energi yang diperlukan dalam proses metabolisme dan transfer energi seluler. Beberapa contoh pupuk fosfor adalah superfosfat, triple superfosfat, dan fosfat amonium.
  3. Pupuk Kalium (K): Pupuk kalium adalah jenis pupuk anorganik yang mengandung unsur kalium. Kalium membantu tanaman dalam proses fotosintesis, regulasi tekanan osmotik sel, aktivitas enzim, dan pengangkutan nutrisi. Tanaman yang mendapatkan cukup kalium cenderung lebih tahan terhadap stres, memiliki akar yang kuat, dan menghasilkan buah dan biji yang berkualitas. Beberapa contoh pupuk kalium meliputi kalium klorida, kalium sulfat, dan kalium nitrat.
  4. Pupuk Campuran (NPK): Pupuk campuran, juga dikenal sebagai pupuk NPK, adalah jenis pupuk anorganik yang mengandung kombinasi nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam proporsi yang sesuai. Proporsi ini disesuaikan sesuai dengan kebutuhan tanaman pada berbagai fase pertumbuhan. Pupuk NPK sangat populer dan sering digunakan karena menyediakan nutrisi lengkap yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman.
  5. Pupuk Mikro (Trace Element Fertilizers): Pupuk mikro adalah jenis pupuk anorganik yang mengandung unsur-unsur mikro atau elemen jejak yang diperlukan dalam jumlah kecil oleh tanaman, tetapi tetap sangat penting. Beberapa unsur mikro yang tercakup dalam pupuk mikro meliputi zat besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), boron (B), molibdenum (Mo), dan klorin (Cl). Pupuk mikro membantu mengoptimalkan proses biokimia dalam tanaman dan mencegah kekurangan nutrisi.

Penggunaan pupuk anorganik yang tepat dan seimbang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dengan memberikan nutrisi yang tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Namun, penting untuk menggunakan pupuk anorganik sesuai dengan pedoman dosis yang dianjurkan dan mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan dan kesehatan manusia.

Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, jenis pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.

jenis-jenis pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga jenis pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.

Menurut cara aplikasinya, jenis-jenis pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.

Menurut cara melepaskan unsur hara, jenis pupuk akar dibedakan menjadi dua yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.

Pupuk Slow Release

Pupuk slow release, atau sering disebut juga sebagai pupuk pelepasan lambat, adalah jenis pupuk yang dirancang untuk melepaskan nutrisi secara bertahap dan lambat ke dalam tanah selama periode waktu yang lebih lama.

Konsep ini bertujuan untuk memberikan nutrisi tanaman secara konsisten dan efisien selama fase pertumbuhan, mengurangi risiko kelebihan atau kekurangan nutrisi, serta meminimalkan pencemaran lingkungan. Jenis-jenis pupuk slow release bekerja dengan prinsip pelapukan atau reaksi kimia yang terjadi secara perlahan di dalam tanah, yang mengakibatkan pelepasan nutrisi secara bertahap kepada tanaman.

Berikut adalah beberapa jenis-jenis pupuk dan bentuk pupuk slow release yang umum digunakan:

  1. Pupuk Slow Release Berbasis Coating (Penglapisan): Pupuk ini memiliki butiran inti yang dilapisi dengan bahan yang melambatkan pelarutan atau pelapukan, seperti polimer, resin, atau lilin. Lapisan ini mempengaruhi kecepatan pelepasan nutrisi dari butiran pupuk ke tanah. Ketebalan dan komposisi lapisan dapat diatur untuk mengontrol tingkat pelepasan nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.
  2. Pupuk Slow Release Berbasis Matriks: Pupuk ini menggabungkan nutrisi dengan bahan matriks seperti polimer, resin, atau bahan organik yang membentuk struktur padat. Nutrisi dilepaskan ke tanaman melalui proses pelapukan atau degradasi matriks. Kontrol pelepasan nutrisi dapat diatur melalui komposisi dan sifat-sifat matriks.
  3. Pupuk Slow Release Berbasis Reaksi Kimia: Pupuk ini menggunakan reaksi kimia yang terjadi di dalam tanah untuk mengatur pelepasan nutrisi. Reaksi kimia tersebut dapat melibatkan pengubahan bentuk kimia dari nutrisi atau interaksi dengan komponen tanah. Proses ini menghasilkan pelepasan nutrisi yang lebih lambat dan terkendali.
  4. Pupuk Slow Release Berbasis Amobilisasi (Immobilization): Pupuk ini mengandung nutrisi yang terikat pada bahan organik atau mineral dalam bentuk yang tidak langsung tersedia untuk tanaman. Selama proses dekomposisi mikroorganisme, nutrisi dilepaskan secara bertahap ke dalam tanah dan dapat diambil oleh tanaman.

Keunggulan dari penggunaan pupuk slow release adalah pengendalian pelepasan nutrisi yang lebih baik, efisiensi penggunaan pupuk yang lebih tinggi, dan pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat kelebihan nutrisi. Namun, perlu diingat bahwa pupuk slow release tidak selalu cocok untuk setiap tanaman atau kondisi tanah, dan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan tanaman, jenis tanah, dan lingkungan pertanian.

Penting bagi petani dan ahli pertanian untuk memahami karakteristik dan manfaat dari masing-masing jenis pupuk slow release agar dapat memilih yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman dan tujuan pertanian yang diinginkan.

Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Dengan demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.

Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul. Contohnya, polimer coated urea dan sulfur coated urea.

Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat kimia, sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali. Contohnya Methylin urea, Urea Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis tinggi.
Save