Mengenal Sapi Friesian Holstein (FH)

Mengenal Sapi Friesian Holstein (FH)

Sapi Friesian Holstein Di Sentulfresh terdapat banyak sapi yang berjenis Sapi Friesian Holstein (FH). Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90 % dari seluruh sapi perah yang berada di sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas.
Continue reading Mengenal Sapi Friesian Holstein (FH)

Karakteristik Sapi Perah Friesian Holstein

Sapi Perah Friesian Holstein cover

Sapi Perah Friesian Holstein

Sapi ini berasal dari Eropa, yaitu di Belanda, tepatnya di Provinsi Holland Utara dan Friesian Barat, sehingga sapi bangsa ini memiliki nama resmi Fries Holland dan sering disebut Holstein atau Friesian saja.

Sapi Perah Friesian Holstein mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis sapi lainnya. berikut adalah beberapa karakteristik sapi perah Friesian Holstein.

1. Bulunya berwarna hitam dengan bercak putih.
2. Bulu ujung ekor berwarna putih.
3. Bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah.
4. Mempunyai ambing yang kuat dan besar.
5. Tenang, jinak sehingga mudah dikuasai.
6. Berat sapi jantan1.000 kg dan sapi betina 650 kg.
7. Lambat menjadi dewasa.
8. Sapi tidak tahan panas, namun mudah untuk beradaptasi.
9. Pada dahinya terdapat warna putih berbentuk segitiga.
10. Kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan.
11. Pada jenis Brown Holstein, bulunya berwarna coklat atau merah dengan putih.
Sapi firisan ini   merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu tertinggi dengan kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah lainya. Produksi susu sapi perah Friesian Holstein di negara asalnya mencapai 6.000-8.000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8.069 kg/ekor/laktasi.

Sapi Perah Friesian Holstein keren

Sapi perah Friesian Holstein masuk ke Indonesia dibawa oleh Hindia Belanda pada tahun 1891-1893 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sapi perah lokal. Sapi perah  murni telah ada di Jawa Barat sejak tahun 1900, tepatnya di daerah Cisarua dan Lembang. Dari kedua daerah inilah sapi perah  kemudian menyebar ke beberapa daerah di Jawa Barat.
Sayangnya, produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah  di Indonesia ternyata lebih rendah, berkisar antara 3000-4000 liter per laktasi. Produksi rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi).
Susu, adalah hasil akhir dari rangkaian proses fisiologis yang kompleks dan berulang sehingga terjadi banyak macam interaksi yang berperan dalam menentukan produksi susu. Interaksi yang mempengaruhi produksi susu di antaranya hereditas dan lingkungan.
Faktor lingkungan memegang peranan penting terhadap proses fisiologis dalam tubuh ternak sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi kapasitas produksi susu. Pada daerah tropis produksi yang dihasilkan bergantung pada :
1. Teknis pemeliharaan.
2. Kualitas pakan.
3. Ketinggian tempat sapi tersebut dipelihara (iklim).
4. pembibitan (pemilihan pembibitan dara dan pemilihan pembibitan pejantan).

sumber
ditjennak.pertanian.go.id
kompasiana.com