Antibiotik pada kelinci
Antibiotik pada kelinci sesungguhnya harus digunakan secara ketat dan itu sebaiknya dengan petunjuk dokter hewan. Sampai saat ini belum begitu menggembirakan pengobatan dengan antibiotik sebab tingkat kegagalan pengobatan sangat tinggi. Jika berhasil pun biasanya kelinci tetap saja memiliki efek pada jangka panjang seperti kekebalan terhadap obat dikemudian hari.
Di Inggris dan beberapa negara lain lembaga-lembaga penelitian merekomendasikan pada peternakan kelinci pedaging untuk menghindari antibiotik dan lebih berfokus kepada menghindari munculnya penyakit secara ketat.
Namun diluar itu, tidak ada salahnya kita tetap mengetahui antibiotik sebagai cara kita memberi pengobatan alternatif di luar obat tradisional (herbal). Sebagian bisa kita gunakan secara teliti dan hati-hati, dan sebagian harus ditinggalkan karena dampaknya yang membahayakan bagi kelinci.
Beberapa hal yang harus di pahami sebelum menggunakan antibiotik adalah bahwa:
Setelah pemberian antibiotik, dipastikan kelinci akan mengalami lesu, bahkan ketika diberikan antibiotik secara over dipastikan kelinci akan mengalami diare yang parah. Hal ini disebabkan karena terbunuhnya bakteri asli kelinci di dalam usus yang berkembang untuk mengurai makanan. Bakteri kedua, muncul atau berkembangnya bakteri clostridium difficile atau Escherichia coli. Pada kasus yang lebih serius, munculnya bakteri diatas itu akan menghaslan racun perusak sekum, usus bahkan menimpa organ fisik dalam. Lebih jauh dari itu bisa jadi mengakibatkan peredaran darah tidak normal.
Bagaimana mengantisipasinya?
1. Mempersiapkan larutan elektrolit untuk menghindari dehidrasi
2. Air minum juga sangat penting dipasok untuk kelinci, baik diberikan secara langsung atau disediakan secara terus menerus di dekatnya. Efek dari diare adalah dehidrasi. Jika kelinci kekurangan cairan elektrolit akan cepat mati.
3. Mesti dipersiapkan antibiotik sulfa atau gentamcyin. Ini penting untuk melawan perkembangan bakteri patogen. Gentamcyin lebih disarankan dalam hal ini karena telah terbukti lebih efektif ketimbang sulfa, terutama untuk menghindari entorotoxaemia. Dosis yang digunakan adalah 10 mg/kg/hari dan 30 mg/kg/hari
4. Makanan serta kasar tinggi dan kurangi pakan padat seperti pelet, bekatul dan ampas tahu. Sekalipun bekatul seratnya cukup baik tetapi masih mengandung karbohidrat. Sementara hindari dan sementara bergantung pada rumput. Pilih rumput dan tanaman obat yang berhubungan dengan penyakit yang dialami.
5. Probiotik bisa diberikan guna mengembalikan kesalahan pengobatan antibiotik sebelumnya