Potensi bisnis kelinci
Kelinci merupakan ternak potong non-ruminansia potensial bila dilihat dari aspek produksi dan reproduksi. Ternak ini bila dikelola secara intensif dapat beranak 4-8 kali setahun. Dengan tata laksana budidaya yang tepat dan benar akan mampu menghasilkan anak 6-8 ekor per kelahiran, sekaligus Potensi bisnis kelinci dapat dikelola menjadi industri yang menjanjikan.
Di Spanyol, produksi daging kelinci mencapai 110 juta kg pertahun, setara dengan jumlah daging domba. Ras komersial yang paling umum diternak sebagai penghasil daging yaitu New zealand White dan Californian. Hasil silang kedua ras itu disebut white pearl. Kelinci pedaging ini dapat mencapai berat 2 kg pada umur delapan minggu dengan tingkat pertumbuhan sekitar 40 gram perhari. Karkasnya 50-60 % dari berat hidup.
Di Indonesia, kelinci sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1912, pada zaman Belanda. Pada tahun 1950, Soehebat Kramadibrata di Bandung mulai mengembangkan kelinci sebagai hewan ternak sambilan, tahun 1955 mulai mempraktikan peternakan kelinci secara ilmiah.
Bibit kelinci diseleksi untuk mendapatkan hasil dan keturunan yang leih baik. Tahun 1963, peternakan kelinci di Bandung mendapat bantuan bibit kelinci unggul dari Jepang, Belanda dan Jerman.
Potensi bisnis kelinci memiliki kemampuan lebih tinggi sebagai penghasil daging dibandingkan dengan sapi atau kambing, karena sifatnya yang profilik (beranak banyak). Secara intensif, produktifitas sapi hanya 35%, domba 63%, kambing 53% pertahun.
Produktivitas kelinci lebih unggul, dan mencapai, 2.900% bila dikelola secara intensif. Pengelolaan secara ekstensif, produktivitas kelinci dapat mencapai 390% per tahun. Tetap lebih baik daripada sapi, domba dan kambing. Penilaian produktivitas berdasar pada anak yang dilahirkan setiap tahun oleh seekor induk.
Potensi bisnis kelinci masih memungkinkan untuk dikembangkan. Bukan sebagai penghasil daging, melainkan penghasil bulu, fur (kulit dan bulu), atau ternak hias. Informasi BLPP ciawi menyebutkan bahwa pasar komoditas kulit bulu kelinci semakin meningkat. Peningkatan terjadi karena santernya kritik yang dilontarkan para pecinta alam dan lingkungan seperti greenpeace terhadap perburuan dan pembantaian satwa liar.
Sebelumnya, bulu untuk pembuatan jaket dan aksesorisnya di negara-negara dingin umumnya menggunakan kulit beruang hasil buruan. Dengan santernya kritik tersebut para produsen jaket lantas berusaha melirik bahan baku yang lain. Kelinci dianggap sebagai salah satu ternak yang bisa menggantikan kebutuhan bulu untuk bahan jaket.
Tujuan utama pemeliharaan kelinci sebaiknya untuk diambil kulit bulunya, bukan daging. Beternak kelinci Rex atau Angora bisa menghasilkan daging karkas 1,5 kg/ekor. Harga karkas daging kelinci US$ 1 hingga US$ 1,5 per kg. Nilai daging sangat kecil dibandingkan harga kulit kelinci yang bisa laku US$ 8-15 per lembar. Setelah disamak harga kulit kelinci bisa mencapai US$ 18 per lembar.
Tidak hanya daging, Potensi bisnis kelinci ada pada Kulit bulu yang digunakan sebagai pemakaian bulu, jaket, selendang, sweet cover, tas, dompet, boneka. Satu mantel ekslusif terbuat dari 20-30 lembar kulit kelinci harganya US$ 3.000. pasar kulit bulu mencakup daratan Eropa, Rusia, Amerika dan Asia Utara. Produsen kulit bulu kelinci antara lain Hongkong, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan. * Kelinci Potong dan Hias #B. Sarwono