Apakah setiap orang bisa memelihara kelinci
Agaknya hal ini perlu di jawab secara jelas. Mungkin setiap orang dengan kemampuan
minimal pun mampu membeli kelinci dan memeliharanya. Namun dari fakta di lapangan ternyata lebih banyak yang gagal memelihara.
Kegagalan itu meliputi beberapa hal berikut ini:
1. Salah membeli kelinci
2. Salah perawatan
3. Tidak siap tempat dan tidak siap lingkungan
4. Tidak tahu komponen pakan yang tepat
5. Tidak tahu prosedur dasar pemeliharaan
6. Tidak mengenal secara baik gejala penyakit, perawatan dan pengobatan.
Beberapa hal diatas itu sesungguhnya adalah bukti bahwa tidak setiap orang bisa memelihara kelinci. Itulah mengapa sangat penting menyadari bahwa kemampuan membeli bukan berarti lantas dengan seenaknya membawa kelinci. Tanpa menyadari ke enam hal diatas, semahal apapun kelinci hanya akan mati dalam watu yang teramat cepat.
Kesiapan itu paling tidak menuntut beberapa hal berikut ini:
1. Kesiapan memperhatikan setiap waktu. Ini adalah syarat utama mengingat kelinci adalah makhluk hidup. Pola hidupnya yang berbeda dengan hewan peliharaan lain juga mensyaratkan pemelihara untuk belajar secara mendalam. Kita tidak boleh begitu saja menyerahkan kepada orang lain, misalnya pembantu untuk merawatnya tanpa pengetahuan mendasar.
Kelinci tidak cukup diberi makan dan minum, melainkan meliputi aspek yang kompleks. Pemelihara yang serius bepergian jauh dan hanya punya waktu sebentar mengurus kelinci sangat tidak cocok memelihara. Jika tetap menginginkan hal itu maka sebaiknya tunjuk pembantu yang benar-benar di latih secara khusus untuk mengurus kelinci.
2. Pakan yang layak. Tidak cukup pelet dan sayuran yang bisa dibeli secara mudah. Kelinci butuh rumput yang khusus. Di negara maju yang sudah mampu mengembangkan pelet komplet dengan kandungan serat rumput pun saat ini mulai menyadari bahwa pakan komersil tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan kelinci. Di Indonesia, terutama di kota-kota, masalah hairball (makan bulu) adalah contoh bagaimana kebutuhan serat seimbang tidak terpenuhi sekalipun diberi pakan pelet bermerek dan dikatakan berkualitas.
3. Kelayakan kandang domestik. Kandang dan lingkugan akhir-akhir ini juga sering menjadi masalah pagi pemelihara. Bermula dari pikiran memelihara kelinci seperti kucing disertai oleh provokasi penjual yang sering meremehkan kelinci akhirnya para pemelihara sering kesulitan menjawab kebutuhan kandang dan lingkungan. Kalaupun sistem kandang sudah sesuai kaidah dasar, tapi seringkali bermasalah pada lingkungan, semisal anjing atau kucing, suasana terlalu padat oleh keramaian, ruangan sempit tanpa sinar matahari dan lain sebagainya.
4. Sanggup bersusah payah. Kesiapan bersusah payah berurusan dengan hewan piaraan tidak bisa dihindari. Setiap makhluk hidup akan menghadapi itu. Jika tidak mau belepotan mengurus kotoran, penyakit telaten mengobatinya niscaya akan gagal di tengah jalan.
Jadi tunggu apalagi, setiap orang bisa memelihara kelinci kan….?